Sulam usus |
Kain
tapis dan sulam usus Lampung kembali berhasil menyita perhatian publik,
tepatnya pada Pameran Wastra Lampung, di Museum Tekstil Jakarta, Jakarta
Barat, yang digelar selama 12 hari, mulai Rabu (7-3). Pada
kegiatan itu, Ketua Dekranasda Bandar Lampung Eva Dwiana Herman H.N.
meraih penghargaan khusus dalam pengembangan sulam usus. Tidak banyak
kain yang mampu meraih kesempatan untuk dapat menjadi koleksi di Museum
Tekstil Indonesia.Kain tapis dan sulam usus yang istimewa meraih kesempatan itu kini. Wastra
(kain) Lampung dengan fungsi adabinya itu memang patut didokumentasikan
dan dilestarikan sebagai busana yang menunjukkan jati diri bangsa.
Sekretaris Dekranasda Kota Bandar Lampung Zaidirina mengatakan pada kegiatan dengan tema Warisan budaya melintas zaman, kain tapis dan sulam usus menjadi wastra pilihan di 2012. Sekitar 150 wastra
pilihan yang menggambarkan keanekaragaman teknik, ragam hias, dan
fungsi wastra Lampung agar lestari ditampilkan pada kegiatan itu. Namun,
dia mengatakan kain yang masuk adalah kain pilihan hasil seleksi kurator
Museum Tekstil Indonesia asal Canada, Judy Achyadi.
Kain yang berhasil lolos dan dipamerkan di dalam museum adalah karya perajin binaan Dekranasda Kota Bandar Lampung.
Sejumlah
perajin tersebut adalah Raswan, Aan Ibrahim, dan Zulkifli untuk kain
tapis. Sementara untuk sulam usus adalah karya Aan Ibrahim dan Rahayu.
Dalam
kegiatan itu, kata dia, Ketua Dekranasda Bandar Lampung Eva Dwiana juga
mendapatkan penghargaan atas upaya kerasnya mengembangkan sulam usus.
Penghargaan juga diberikan kepada orang nomor satu di Lampung
Sjachroedin Z.P., dan Ketua Dekranasda Provinsi Lampung Trully
Sjachroedin Z.P. Penghargaan
bagi Gubernur diberikan atas perhatian besar yang diberikannya dalam
pengembangan kain tapis hingga menjadi popular seperti saat ini. Ketua
Dekranasda Provinsi Lampung Trully Sjachroedin Z.P. mendapatkan
penghargaan sebagai pembina perajin tapis dan partisipasinya dalam
pameran. [lampungpost.com]